Pekan Sagu Nusantara 2020, Manokwari Oktober 2020
Kabar Daerah- Papua dan Papua Barat adalah Sagu. Coba saja jalan-jalan ke rumah makan yang ada di Papua, baik itu di Manokwari atau Jayapura, hampir dipastikan salah satu menu yang ditawarkan adalah paket Papeda dengan Kuah Asam.
Tapi Sagu bukan hanya Papeda. Sagu juga bisa berarti kearifan lokal masyarakat Papua dalam mengelolah dan memelihara serta memanfaatkannya menjadi beragam komoditas yang dikembangkan oleh berbagai pihak, baik oleh Kementrian Pertanian melalui BPP dan Polbantan yang ada di Papua Barat, maupun oleh Universitas Manokwari.
Jika tak ada aral melintang, 6-7 Oktober mendatang akan dilakukan Pekan Sagu Nusantara 2020 di Manokwari.
Ini seakan menjawab tantangan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat meluncurkan Gerakan Diversifikasi Pangan, Agustus 2020. Saat itu Menteri Syahrul Yasin Limpo mengajak seluruh gubernur dan bupati/walikota yang hadir secara virtual tersebut untuk bersinergi menguatkan gerakan diversifikasi pangan ini dalam upaya mengokohkan ketahanan pangan
Menghadapi kegiatan Pekan Sagu Nusantara, jajaran Pertanian di Papua Barat menyiapkan diri mendukung dan terlibat langsung dalam kegiatan ini. “Luasan Sagu di Papua Barat kurang lebih 510 ribu ha. Sagu sebagai pangan lokal di Papua Barat harus secara masif dikembalikan kekayaannya dalam rangka ketahanan pangan,” kata Purwanta selaku Kepala Polbantan Papua Barat.
Apalagi kegiatan seperti ini akan menggerakkan BPP di Manokwari yang akan berubah model menjadi model BPP Kostratani. Dengan berlangsungnya kegiatan Pekan Sagu Nusantara 2020, diharapkan mampu mempercepat perwujudan lima peran Model BPP Kostratani. Lima peran tersebut yaitu sebagai pusat data dan informasi, pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, pusat konsultasi agribisnis, dan pusat pengembangan jejaring dan kemitraan.
Saat mencari referensi bacaan tentang Sagu di Papua Barat, saya menemukan tulisan tentang telah dilakukan penelitian dengan skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) Kemenristek DIKTI pada 2018-2019 : Kajian Pengembangan Model “Sekolah Sagu” sebagai Pendekatan Sosial Humaniora untuk Percepatan Pencapaian Kedaulatan Pangan, Pengentasan Kemiskinan, dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Tim peneliti diketuai oleh Dr. Laksmi Adriani Savitri, MA, dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, sekaligus Tim Ahli di Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan.
Penelitian dilakukan dalam 2 tahun, dengan hasil dan temuan di tahun pertama yaitu: 1) Model awal pengembangan industri sagu berbasis masyarakat adat berupa terbentuknya pusat pembelajaran kewirausahaan sosial atau community learning center dan modul pembelajaran berdasarkan kebutuhan; 2) Terbentuknya “embrio” bisnis industri sagu berbasis masyarakat adat.
Temuan penting lain dari penelitian ini adalah bahwa masyarakat adat di kabupaten Sorong Selatan telah memiliki dan melaksanakan pengelolaan sumber daya yang berorientasi demokrasi ekonomi dan kesehatan lingkungan. Hal tersebut mereka laksanakan untuk mengatur produksi hutan sagu yang sejak dulu menjadi sumber pangan utama masyarakat Papua. Model pengelolaan yang mereka miliki dapat menjamin adanya asas keadilan akses seluruh anggota masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan produksi dan menikmati hasilnya. Selain itu karena produktivitas sagu sangat mempengaruhi kesehatan lingkungan, model produksi ala masyarakat adat juga tetap berorientasi pada pelestarian lingkungan yang nantinya akan menguntungkan untuk jangka panjang.*(Erick Tamalagi)
foto : rapat koordinasi persiapan Festival Sagu Nusantara 2020 (NSD/Polbantan Manokwari)