OPINI_MENATAP PILKADA MORUT DENGAN BERPOLITIK DINAMIS
Penulis: Heandly Mangkali
“Jika anda hanya ingin disukai, anda hanya akan berkompromi pada apa saja, kapan saja, dan anda tidak akan mencapai apapun”
(Margareth Thatcher)
DINAMIS yang berarti “Selalu mengikuti perkembangan jaman”
STATIS yang berarti “Diam ditempat-tidak bergerak-Kaku”
___________________________
Banyak pembelajaran yang bisa dicontohkan bagaimana DINAMIS dan STATIS. Contoh DINAMIS yang simpel bisa kita lihat di kehidupan sehari-hari, pedagang sayur masak, beralih menjual masker di masa Covid-19, karna mereka tau itu dibutuhkan masyarakat.
___________________________
Dalam Politik bahkan menyambut Pilkada Serentak 09 Desember 2020 nanti, tentu bicara politik itu DINAMIS,
DINAMIS yang disetujui disini, BUKAN BERARTI “tidak konsisten dengan keputusan sebelumnya”
Tetapi DINAMIS dalam arti “TIDAK KAKU” dalam menentukan sikap politik, atas perubahan yang terjadi di tengah masyarakat, sepanjang memiliki tujuan yang sama untuk membangun Daerah, yang semua bermuara untuk membuat perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Seorang politisi maju bertarung dalam Pilkada, tentu tujuan menang adalah point pertama. Sehingga jika hari ini pasangan A dan B yang sebelumnya digemborkan, kemudian berubah menjadi A berpasangan dengan O, kemudian B berpasangan dengan Y.
Maka sikap politik ini jangan dipandang STATIS, sehingga muncul penafsiran perubahan yang terjadi adalah sebuah penghianatan, sebuah ambisi.
Tetapi menyikapi dengan DINAMIS, bahwa yang terjadi mengikuti perubahan di masyarakat.
____________________________
Bahkan dalam perebutan Partai pendukung di Pilkada Morut, dimana 5 kursi menjadi prasyarat KPU, agar pasangan bisa mulus bertarung. Partai Politik pun bisa berubah dan berbalik arah dukungan, Hal itu tentu DINAMIS dalam Politik, setiap detik bisa berubah.
Perubahan sikap politik bisa cepat terjadi, salah satu indikator misalkan, ketika kandidat yang muncul dipandang bukan sebagai “Vote Getter” atau pendulang suara, karna figurnya yang tidak bisa memberikan efek gentar kepada lawan, maka menyikapinya tentu dengan perubahan dan mengikuti perkembangan di masyarakat.
Hal lain bahwa Politik itu DINAMIS karna semua instrumen yang digunakan harus terukur, seorang Calon Bupati ataupun Wakil Bupati misalkan, jangan hanya menyebut pendukungnya banyak, tetapi tidak bisa mengukur kekuatannya dalam jumlah angka, dan membaca kekuatan lawan, maka Politik itu kemudian hanya dilakonkan secara STATIS. Dan gaya STATIS kecendrungan sensitif, apalagi terhadap isu yang muncul setiap saat dan dapat berubah.
Maka berpolitiklah secara DINAMIS, bukan hanya mendengar gula-gula MANIS, Atau berkampanye GRATIS, Tapi OPTIMIS yang selalu di ANALISIS, kemudian punya BASIS pasti hasil akan BOMBASTIS.