GOLKAR Abaikan Kader Mumpuni Bertarung di Pilkada Morut
MOROWALI UTARA- Benarkah Partai Golongan Karya (Golkar) tidak punya kader mumpuni bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Morowali Utara (Morut)..??
Minggu 21 Agustus 2020 santer berhembus informasi dukungan Golkar di Morut diluar kader. Walaupun sampai saat ini belum dapat dipastikan apakah surat dukungan partai tersebut sudah ditandatangani ketua umum Partai Golkar, namun kabar ini mendorong beberapa masyarakat mempertanyakan sikap Golkar di Morut.
Pemberian dukungan partai hingga saat ini masih tertunda, sebelumnya alasan tengah dilakukan survey terhadap kandidat menjadi alasan penundaan surat dukungan. Dua kader Golkar yaitu Warda DG Mamala dan Zainal Abidin Ishak yang memang memiliki rekam jejak dan berkontribusi di Daerah harusnya jadi prioritas.
Salah seorang ibu bernama Wati yang merupakan warga Kecamatan Soyojaya yang dihubungi media ini mengatakan,
” Ibu Warda DG Mamala disenangi masyarakat, dan sudah sampai 3 periode jadi anggota DPRD. Kenapa tidak didukung Partai Golkar,,bukankah suara rakyat adalah suara Golkar..?,”ujarnya.(24/8)
Sementara warga lain bernama Ali di Kecamatan Mori Atas pun menyayangkan kabar soal dukungan partai tersebut.
“Harus diketahui oleh Partai Golkar bahwa Warda DG Mamala selama ini berbuat banyak di Morut, kalau memang di survey, bisa disampaikan surveynya biar kami tau,”ujar Ali.(28/8).
Kader Golkar yang berikut adalah Zainal Abidin Ishak.
Yang merupakan anggota DPRD Propinsi Sulteng. Politisi senior ini pun bukan orang sembarangan, sosok kandidat ini dikenal masyarakat dan memiliki basis dukungan yang jelas.
Fakta pendukung lain bahwa Warda DG Mamala adalah Vote Getter atau pendulang suara yang secara hitung-hitungan jelas jumlah masa pendukungnya hingga ke akar rumput. Dan juga hari ini Golkar di Morut capai 7 kursi setelah sebelumnya 3 kursi dari peran kadernya tersebut.
Bagi masyarakat sandiwara politik yang terjadi, tidak mencerminkan demokrasi yang mengedepankan suara rakyat. Justru sikap partai politik tidak memberikan edukasi dan cenderung mengabaikan apa yang di inginkan masyarakat.
Dalam politik persoalan balas jasa adalah sebuah transaksional yang biasa terjadi. Perjuangan Warda DG Mamala dan juga kader lainnya selama ini mengenalkan Ketua Umum Golkar yang bisa jadi bakal calon Presiden ke depan di nilai gagal karna kader mumpuni Golkar tidak mendapat ruang berkompetisi.
Hend