Morowali Utara, beritamorut:
Relawan MONGA’E Di Kondonge (Sebuah organisasi pemuda pelajar yang giat dalam mempelajari sejarah kerajaan mori dan melakukan kegiatan kegiatan positif dimasyarakat)
Cerita mereka relawan MONGA’E di KONDONGE. Tempat ini menyimpan sebuah sejarah terpendam yg sdh tdk lg di kenal pada masa kini. “Perjanjian KONDONGE” lebih tepatnya di sebutkan mengenang momen kesepakatan damai antara kerajaan Mori dan kerajaan Bungku yg di mediasi oleh pemerintah Belanda.
KONDONGE dulunya adalah sebuah pemukiman kini di olah menjadi kebun2 oleh masyarakat koromatantu dan tompira. Berada di pinggiran sungai laa dan terdapat hamparan sagu (tambunga) milik Mokole petasia dan Moiki (korowou).
Perjanjian ini muncul setelah adanya permintaan Pe’apua (raja) Bungku kepada Mokole (raja) Mori yg di mediasi oleh Belanda akibat perang yg terjadi di wilayah nya. Sebagai kesepakatan damai saat itu Pe’apua Bungku menyerahkan Ponai (pedang perang khas daerah setempat)) ke Mokole Mori yg di selanjutnya di serahkan ke Tadulako ToPada dgn permintaan ut menghentikan perang dan Pe’apua Bungku menyiapkan lokasi dan sumber bahan pangan (sagu) bagi para prajurit2 ToPada (monga’e) saat berperang di wilayah Bungku, sehingga mereka kembali ke Mori menjemput keluarga mereka di majaleje (bente), mori atas, dan membuat perkampungan di wilayah Bungku dan menamainya kampung bente (desa bente, Bungku tengah).
Sejumlah 122 orang relawan MONGA’E dan PA/KPA SMA/SMK di beteleme dan SMP po’ona hadir dalam kegiatan relawan mongae di kondonge.***(Sumber: Alwun Lasiwua)